Riset Temukan Kualitas CSR Perusahaan Indonesia Rendah
By Riva Dessthania Suastha, CNN Indonesia
Please click here for source of article.
Singapura, CNN Indonesia -- Riset terbaru menyatakan perusahaan di Indonesia memiliki kualitas tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan asal Thailand.
Riset Centre for Governance, Institutions, and Organizations National University of Singapore (NUS) Business School memaparkan rendahnya pemahaman perusahaan terhadap praktik CSR, menyebabkan rendahnya kualitas pengoperasian agenda tersebut. Riset itu melakukan studi terhadap 100 perusahaan di empat negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.
Direktur CGIO National University of Singapore Business School Lawrance Loh mengatakan empat negara sampel tersebut memiliki tingkat pelaporan CSR yang tinggi, namun tak otomatis membuat kualitas praktiknya pun tinggi. Pelbagai perusahaan di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand memberikan perhatiannya terhadap pentingnya pelaporan CSR.
"Namun, jika dilihat dari kualitasnya, praktik CSR jauh lebih baik diimplementasikan perusahaan-perusahaan Singapura dan Thailand dibandingkan dengan Indonesia dan Malaysia," kata Loh di Gedung NUS, Singapura, Rabu (20/7).
Riset itu memaparkan Thailand menjadi negara dengan kualitas implementasi CSR paling tinggi dengan nilai 56,8 dari total 100, sementara Singapura mendapatkan 48,8. Indonesia dan Malaysia sendiri masing-masing mendapatkan nilai 48,4 dan 47,7.
Kriteria penilaian kualitas tersebut diambil berdasarkan sejumlah indikator dari kerangka Global Reporting Initiative (GRI). Sejumlah faktor di antaranya adalah tata kelola perusahaan, ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Berdasarkan studi tersebut, Loh menyatakan, pemerintah dan pemangku kepentingan industri memiliki peran dalam memastikan pelaporan CSR yang berkelanjutan. Hal itu, sambungnya, dinilai sebagai kunci utama tata kelola perusahaan.
Hasil studi tersebut dipublikasikan dalam acara Conference on Corporate Governance and Responsibility: Theory Meets Practice, yang digelar oleh NUS dan ASEAN CSR Network (ACN). Konferensi itu bertujuan menghubungkan pelbagai pemangku kepentingan untuk pembangunan berkelanjutan.
Menurut Ketua ACN Yanti Triwadiantini, keterlibatan akademisi dan riset menjadi kunci penting dalam mendorong penyuluhan terhadap praktik bisnis berkelanjutan. Sekitar 200 delegasi yang berasal dari multipihak seperti sektor swasta, organisasi sipil, pemimpin perusahaan, mahasiswa, serta akademisi turut berpartisipasi.
"Melalui kemitraan antar pihak swasta-publik ini, ASEAN bisa menjadi salah satu tempat terbaik untuk melakukan bisnis yang sehat secara sosial dan lingkungan," tambah Yanti. (asa)