Jelang MEA, Korporasi dituntut terapkan bisnis responsible

By Ihda Fadila, Bisnis Indonesia
Please click here for source of article 

28 October 2015, KUALA LUMPUR, Malaysia --Korporasi di berbagai sektor dituntut untuk menerapkan bisnis bertanggung jawab dan berkelanjutan menjelang penerapan masyarakat ekonomi Asean tahun depan.

Chair of Asean CSR Network sekaligus sebagai Executive Director Indonesia Business Links Yanti Triwardiantini mengatakan program corporate social responsibility (CSR) menjadi salah satu kendaraan untuk menuju bisnis yang bersifat responsible dan sustainablility tersebut.

Namun, katanya, saat ini sejumlah korporasi di Indonesia masih salah dalam menerapkan program CSR sebagaimana mestinya. Kesalahan ini dapat menyebabkan perusahaan Indonesia kalah bersaing dengan perusahaan di luar negeri, terutama saat MEA mendatang.

"DI Indonesia itu pemahamannya masih sebagai sesuatu yang filantropi, giving, donation, charity. Bagi kami itu penting, tapi makna CSR itu pada posisi tanggung jawab tadi," katanya saat ditemui Bisnis.com di sela consultation workshop dalam rangka Asean Responsible Business Forum, Selasa (27/10/2015).

Yanti mengatakan tanggung jawab yang dimaksud adalah perusahaan dapat menjalankan bisnisnya secara etis, tidak merusak lingkungan, serta memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat melalui program CSR.

Sementara program CSR sesungguhnya adalah yang memiliki dampak panjang dan bertanggung jawab membangun masyarakat sekitar. Adapun program CSR berupa donasi yang sering dijalankan saat ini hanya berdampak jangka pendek.

"Bisa latihan yang empower UKM. Kalau dikembangkan dengan benar itu akan mengembangkan future client buat mereka. Jadi sebetulnya buntutnya adalah it's good for them too," ujarnya.

Yanti menambahkan CSR dalam jangka panjang yang bertanggung jawab telah menjadi standar dan mekanisme dunia internasional, termasuk negara-negara di Asean. Dengan demikian, masuknya era MEA 2016 menjadi ajang bagi korporasi di Indonesia untuk berbenah diri agar tidak kalah bersaing dengan korporasi lainnya.

"Kalau kamu tidak bisa bersaing di internasional silahkan di dalam negeri, tetapi cepat atau lambat reputasimu tidak baik," katanya.